Guru (tenaga pendidik) yang efektif adalah mereka yang berhasil
membawa peserta didik mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kaidah
yang berlaku dalam pendidikan. Keberhasilan pembelajaran yang efektif
memuat dua tolok ukur yakni tercapainya tujuan dan hasil pembelajaran.
Untuk mencapai tingkat efektifitas pembelajaran, Gadik harus menguasai
berbagai ketrampilan dasar pembelajaran yang meliputi ketrampilan
membuka dan menutup proses pembelajaran, ketrampilan menjelaskan,
ketrampilan bertanya, ketrampilan menggunakan variasi, ketrampilan
memberi penguatan, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan,
ketrampilan mengelola kelas dan ketrampilan membimbing diskusi kecil.
Untuk dapat menguasai berbagai ketrampilan dasar pengajaran dan
pembelajaran tersebut maka Gadik perlu berlatih satu demi satu
ketrampilan tersebut agar mendalami makna dan strategi penggu-naannya
pada proses pembelajaran. Ketrampilan dasar mengajar dapat diperoleh melalui pembelajaran mikro atau micro teaching. Oleh karena itu pembelajaran mikro sangat diperlukan dalam bentuk peer teaching
dengan harapan agar para gadik dapat sekaligus menjadi observer
temannya sesama gadik, dengan harapan masing-masing gadik dapat saling
memberikan koreksi dan masukan untuk memperbaiki kekurangan penguasaan
ketram-pilan dasar dalam mengajar.
Pengajaran mikro telah dipraktikkan secara meluas dalam latihan
keguruan di seluruh dunia sejak diperkenalkan di Stanford University
oleh Dwight W. Allen, Robert Bush dan Kim Romney pada tahun 1950-an.
Untuk dapat memahami micro teaching atau pembelajaran mikro bagi calon gadik, dikemukakan beberapa asumsi dasar yaitu:
1. Pada umumnya guru tidak dilahirkan tetapi dibentuk terlebih dahulu.
2. Keberhasilan seseorang menguasai hal-hal yang lebih kompleks
ditentukan oleh keberhasilannya menguasai hal-hal yang lebih sederhana
sifatnya. Dengan terlebih dahulu menguasai berbagai ketrampilan dasar
mengajar, maka akan dapat dilaksanakan kegiatan mengajar secara
keseluruhan yang bersifat kompleks.
3. Dengan menyederhanakan situasi latihan maka perhatian dapat
dilakukan sepenuhnya kepada pembinaan ketrampilan tertentu yang
merupakan komponen kegiatan mengajar.
4. Dalam latihan-latihan yang sangat terbatas, calon guru lebih
mudah mengontrol tingkah lakunya jika dibandingkan dengan mengajar
secara global yang bersifat kompleks.
5. Dengan penyederhanaan situasi latihan, diharapkan akan
memudahkan observasi yang lebih sistematis, obyektif serta pencatatan
yang lebih teliti. Hasil dari observasi ini diharapkan dapat digunakan
sebagi balikan calon guru tentang kekurangan yang dilakukan dan segera
diketahui yang selanjutnya akan diperbaiki pada kesempatan latihan
berikutnya.
Merujuk pada beberapa asumsi dasar pengajaran mikro dapat dikemukakan beberapa pengertian pengajaran mikro sebagai berikut:
1. Pengajaran mikro dirumuskan sebagai pengajaran dalam skala kecil
atau mikro yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan
memperbaiki ketrampilan yang lama.
2. Pengajaran mikro adalah meto-de latihan yang dirancang
sedemikian rupa dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari
proses pengajaran sehingga calon gadik dapat menguasai ketrampilan satu
per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan.
3. Micro teaching is effective method of learning to teach,
oleh sebab itu micro teaching sama dengan teaching to teach dan atau
learning to teach.
4. Mengikut Micheel J Wallace pengajaran mikro merupakan
pengajaran yang disederhana-kan. Situasi pengajaran telah dikurangi
lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah
peserta didik dikecilkan.
Berpijak pada asumsi dasar dan pengertian pengajaran mikro tersebut, maka dapat disampaikan beberapa ciri pengajaran mikro:
1. Mikro dalam pengajaran mikro berarti pada skala kecil. Skala
kecil berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, waktu, siswanya
dan ketrampilannya.
2. Mikro dalam pengajaran dimak-nai sebagai bagian dari ketram-pilan mengajar yang kompleks akan dipelajari lebih mendal
am dan teliti bagian demi bagian.
3. Pengajaran mikro adalah pengajaran yang sebenarnya. Calon
gadik harus membuat persiapan pembelajaran, rencana pem-belajaran,
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat, mengelola kelas dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya
yang dapat mendukung proses belajar dan mengajar (PBM).
4. Pengajaran mikro pada hakekatnya adalah belajar yang
sebenarnya. Ditinjau dari praktikan, calon gadik akan belajar bagaimana
melakukan pembelajaran sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat
merasakan bagaimana gaya mengajar temannya dirasakan tepat dan tidaknya
strategi pembelajaran yang dibuat.
5. Pengajaran mikro bukanlah simulasi. Dalam situasi menga-jar
teman sejawat, mereka tidak diperlakukan sebagaimana siswa didik akan
tetapi mereka tetap menjadi teman yang sebenarnya dengan kedudukan
sebagai siswa. Hal ini untuk menghindari perilaku teman sejawat yang
dibuat-buat yang mengakibatkan tidak terkondisikan proses pembelajaran
antar teman sejawat.
6. Pengajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman
tersebut dapat dijadikan bahan diskusi antar teman untuk dikoreksi dan
diberikan masukan guna perbaikan atas kekurangan praktikan gadik.
Pengajaran mikro bertujuan membekali gadik beberapa ketrampilan dasar
mengajar dan pembelajaran. Bagi calon gadik metode ini akan memberi
pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar
mengajar secara terpisah. Sedangkan bagi calon gadik dapat mengembangkan
ketrampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai
gadik. Memberikan kemungkinan calon gadik untuk mendapatkan bermacam
ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan
dalam program pembelajaran.
Bagi supervisor calon gadik, metode ini akan memberikan penyegaran
dalam program pendidikan. Gadik mendapatkan pengalaman mengajar pada
calon gadik yang bersifat individual demi perkembangan profesi.
Ketrampilan dasar mengajar.
Sebagai gadik, penguasaan ketrampilan dasar mengajar menjadi salah
satu persyaratan utama dalam proses pembelajaran disamping persyaratan
yang lain. Ketrampilan dasar yang akan dipelajari adalah:
1. Ketrampilan membuka dan menutup pembelajaran.
Membuka pelajaran merupakan kegiatan gadik dalam mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pembela-jaran yang meliputi; kondisi menciptakan
suasana siap mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif
antara gadik dengan peserta didik, menimbulkan perhatian peserta didik
kepada apa yang akan dipelajari dalam hal ini dapat diawali dari situasi
keseharian peserta didik sampai pada materi yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran merupakan kegiatan gadik mengakhiri kegiatan inti
penga-jaran. Dalam mengakhiri pelajaran ini, kegiatan yang dilakukan
adalah memberikan gambaran menyeluruh semua materi yang telah
dipelajari, mengetahui tingkat penyerapan siswa terhadap materi dan
mengetahui tingkat keberhasilan gadik dalam proses belajar mengajar.
2. Ketrampilan menjelaskan di-maknai sebagai
ketrampilan gadik menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara
sistematis dengan tujuan dapat menunjukkan hubu-ngan antar materi yang
telah dikumpulkan dan dikuasai serta disiapkan untuk disajikan. Selain
dari itu penekanan memberikan pen-jelasan merupakan proses penalaran
peserta didik dan bukan indoktrinasi.
3. Ketrampilan bertanya adalah ucapan gadik secara
verbal yang meminta respon dari peserta didik. Respon yang diberikan
dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimba-ngan. Dengan demikian bertanya merupakan stimulus efektif yang
mendorong kemampuan berpikir peserta didik.
4. Ketrampilan menggunakan va-riasi diartikan
sebagai perbuatan gadik dalam konteks proses bela-jar mengajar yang be
rtujuan menga-tasi kebosanan peserta didik sehing-ga dalam proses
belajar mengajar, peserta didik senantiasa menunjuk-kan ketekunan,
keantusiasan serta berperan serta secara aktif.
5. Ketrampilan memberi pengua-tan merupakan tingkah
laku gadik dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu
peserta didik yang memungkinkan tingkah laku tersebut terulang kembali.
6. Ketrampilan mengajar kelom-pok kecil dan
perorangan diartikan sebagai tindakan gadik dalam konteks proses belajar
mengajar yang hanya melayani 3 – 8 orang peserta.
7. Ketrampilan mengelola kelas merupakan
ketrampilan gadik men-ciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengem-balikannya ke kondisi optimal jika terjadi yang
dimungkinkan dapat mengganggu kegiatan, baik dengan cara mendisiplinkan
ataupun mela-kukan kegiatan remedial.
8. Ketrampilan membimbing dis-kusi kelompok kecil
adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok peserta
didik dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan
berbagai informasi atau pengalaman mengambil keputusan atau memecahkan
suatu masalah.
Skenario Pengajaran Mikro
Skenario pengajaran mikro dibuat dan dirancang langkah demi langkah.
Hal ini agar dapat menjadi rambu-rambu dalam pelaksanaannya untuk
menghindari dan mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu jalannya
pengajaran mikro. Secara garis besar skenario kegiatan pengajaran mikro
dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap pertama (tahap kognitif).
Tahap pertama diharapkan praktikan sudah terbimbing memahami dan
mendalami serta gambaran secara umum konsep dan makna ketrampilan dasar
mengajar dalam proses belajar mengajar, menggunakan secara tepat,
mensinergikan ketrampilan satu dan lainnya serta ketepatan kapan dan
dalam kondisi yang bagaimana ketrampilan satu dan lainnya digunakan.
Selain dari itu diharapkan praktikan dapat mensinergikan pengeta-huan
mereka untuk digunakan pada realita pengajaran yang dipadukan dengan
ketrampilan dasar mengajar.
2. Tahap kedua ini diharapkan praktikan secara nyata
mempraktekan ketrampilan dasar mengajar secara berulang, dengan harapan
jika praktikan sudah berulang kali melakukan praktek akan mengetahui
kekurangannya pada ketrampilan yang mereka belajar untuk dikuasai dan
terampil menggunakannya dalam proses belajar mengajar. Pada tahapan ini
praktikan sudah dapat mempersiapkan perangkat pembelajaran mulai dari
RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang dipersyaratkan
bagi guru/gadik yang profesional di masa mendatang.
3. Tahap ketiga (tahap balikan).
Tahap ketiga ini merupakan kilas balik praktikan dengan mem-pelajari
hasil dari observasi teman sejawat yang akan memberikan informasi
setelah melihat secara langsung pelaksanaan kegiatan mengajar praktikan.
Para rekan sejawat akan memberikan penilaian berkaitan dengan kelebihan
dan kekurangan praktikan yang selanjutnya akan didiskusikan dan sebagai
bahan untuk memperbaiki kinerja sebagai gadik yang profesional.
No comments:
Post a Comment