Bagaimana Cara Mengajar Matematika Yang Baik???
Bagaimana sech cara mengajar matematika yang baik itu???
Bila pertanyaan ini diajukan pada guru
matematika, tentunya akan dijawab berdasarkan pengalaman. Bila
pertanyaan itu diajukan pada guru yang bukan matematika, pasti
jawabannya juga berdasarkan pengalamannya mengajar bidang lain. Namun
bila pertanyaan tersebut diberikan kepada sembarang orang pasti
jawabannya berdasarkan pengalaman saat menjadi siswa sekolah dulu.
Hingga saat ini
tidak ada literatur dan para ahli yang mengemukakan tentang cara yang
efektif dalam mengajar matematika. Cara apapun yang digunakan ada
kelebihan dan kelemahannya. Yang saya maksud “cara mengajar” di sini
meliputi metode atau teknik mengajar dan pendekatan pembelajaran.
Pertanyaan tentang bagaimana mengajar,
dapat diartikan bagaimana sech sebenarnya agar tujuan pembelajaran itu
dapat dicapai?? Tujuan pembelajaran tersebut dapat berupa tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjangnya adalah bahwa
siswa dapat mengambil nilai-nilai matematika dan mengaplikasikannya
dalam kehidupan. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah bahwa siswa
diharapkan dapat memahami pelajaran matematika dan mengaplikasikan
materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.
Pertama: Gurunya itu sendiri bagaimana???
Apakah guru yang akan mengajarkan
matematika itu kompeten, layak, sesuai keahliannya?? Seorang guru
matematika dikatakan kompeten bukan hanya teruji dari kemampuannya dalam
menguasai materi saja, tapi juga apakah ia mampu menyampaikan materi
itu pada siswa?? Syarat minimal seorang guru bisa menyampaikan materi
yaitu bisa bicara di depan siswa untuk menyampaikan apa yang
dipahaminya. Banyak yang mengerti dan paham tentang matematika, namun
sukar untuk bisa menyampaikannya ke orang lain.
Seorang guru yang pemahaman materinya dan
penyampainnya bagus pun masih perlu belajar, memperkaya diri dengan
banyak membaca, tak berpuas diri dengan kemampuan yang sudah dimiliki,
dan tentunya perlu melakukan persiapan sebelum pembelajaran. Sehebat
apapun seorang guru, bila mengajarnya tidak dipersiapkan, saya pesimis
tujuan pembelajaran itu akan tercapai.
Kedua: Siswanya itu bagaimana??
Yang perlu diperhatikan oleh seorang guru
yang akan mengajar matematika adalah bahwa siswa yang belajar
matematika itu kemampuannya beragam. Ada yang cepat menangkap pelajaran,
ada yang biasa saja, dan ada yang kurang cepat. Mereka semua, pastinya
ingin bisa matematika yang mereka pelajari.
Seringkali yang terjadi, guru menerangkan
dengan tempo yang sangat cepat, sesuai kecepatannya dalam memahami
materi, kurang memperhatikan apakah siswanya dapat mengikutinya atau
tidak. Guru menerangkan seenaknya saja. Tindakan seperti ini,
kemungkinan besar hanya bisa diikuti oleh sebagian kecil siswa saja,
hanya yang pandai saja. Sedangkan sebagian siswa yang lain, akan merasa
terseret-seret, tak sanggup mengejar kecepatan guru dalam menerangkan.
Sehingga guru harus mempunyai jiwa kesabaran, ketabahan, rasa kasih
sayang dan empati pada siswa. Ingat, siswa juga manusia yang perlu
diperlakukan secara manusiawi, perlu dihargai. Bagaimanapun kemampuan
mereka.
Oleh karena itu saya mengajak pada bapak/
ibu guru atau siapapun pengajar matematika ataupun para calon pengajar
matematika untuk memposisikan diri kita pada posisi siswa. Bayangkan
bila Anda tak mengerti akan sesuatu, padahal Anda ingin sekali mendapat
penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu itu, karena Anda ingin
bisa. Bayangkan pula, bagaimana perasaan Anda, bila yang menjelaskannya
sangat cepat, kurang memperhatikan Anda, tak mempedulikan Anda bisa
mengerti atau tidak. Pastinya, sakit rasanya, pedih hati Anda dibuatnya,
saya jamin Anda pasti merasa sengsara, Anda akan merasakan yang namanya
penderitaan batin. Rasanya, tak bisa dibayangkan, sengsara seumur-umur.
Anda akan merasa bodoh, minder, takut, dan sebagainya. Nah, siswa juga
SAMA seperti Anda yang butuh mengerti sesuatu (dalam hal ini
Matematika).
Oh iya, banyak juga guru yang hanya
memperhatikan siswa-siswanya yang pandai saja. Siswa yang pandai
dijadikan tolak ukur apakah yang ia sampaikan itu dapat diikuti atau
tidak. Guru semacam ini asyik menjelaskan, asyik menyampaikan materi.
Untuk mengecek apakah siswanya mengerti atau tidak, ia hanya mengecek
pada siswa yang pandai saja. Akibatnya, banyak siswa lain tak dapat
mengikuti pembelajaran, siswa lain tak mengerti materi yang mereka
pelajari.
Ketiga: Sarana dan prasarana pembelajarannya bagaimana??
Hal ini pun sedikit banyaknya berpengaruh
terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Yang saya maksud sarana dan
prasarana di sini bisa meliputi: kelayakan tempat belajar (ruang kelas,
ada-tidaknya laboratorium, dsb), ketersediaan alat-alat belajar (papan
tulis, buku text, dsb), ketersediaannya media pembelajaran, dsb.